Covid-19 Diprediksi Berakhir Juli, Ini Tanggapan Pakar Kesehatan
Covid-19 Diprediksi Berakhir Juli, Ini Tanggapan Pakar Kesehatan
88AKTIF.ORG - Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra meyangsikan prediksi wabah virus corona atau Covid-19 berakhir di Indonesia pada Juni-Juli 2020.Hermawan ragu Covid-19 bisa benar-benar tuntas pada Juni atau Juli. Kendati demikian, prediksi tersebut bisa aja terjadi, jika kasus positif Covid-19 di Jakarta bisa dikontrol dan menjadi landai.
"Kalau berakhir tuntas kemungkinan enggak ya. Hanya saja, kalau di DKI Jakarta kasusnya menjadi landai, kemudian terkontrol, ya bisa jadi," kata Hermawan saat dikonfirmasi Okezone, Selasa (28/4/2020)
Hermawan mengungkapkan, beberapa ahli justru memiliki perbedaan pandangan soal prediksi Covid-19. Sejumlah ahli malahan memprediksi puncak pandemi Covid-19 terjadi pada Juni dan Juli.
Baca juga: UEA Kirim Bantuan 20 Ton Perlengkapan Medis Covid-19 untuk Indonesia
"Kalau melihat prediksi model dari berbagai ahli, ada juga yang mengatakan justru di bulan Juni dan Juli itu kemungkinan puncak pandemi," ucapnya.
Hermawan berhara Pemerintah bisa mengontrol, serta mewaspadai daerah-daerah yang angka kasus positifnya cukup tinggi. Hal itu menjadi salah satu kunci agar wabah Covid-19 bisa segera berakhir di Indonesia.
"Mudah-mudahan Juni dan Juli ini bisa terkendali secara serentak di Indonesia," harapnya.
Prediksi Kapan Pandemi Corona di Indonesia Berakhir Ketika berbicara dalam wawancara eksklusif di acara Mata Najwa pada 22 April lalu, Presiden Joko Widodo mengaku optimistis pandemi corona di Indonesia bakal menurun ke level "ringan" bulan Juli mendatang, setelah memuncak pada Mei 2020.
Optimisme Jokowi disertai catatan bahwa selama April hingga Juli 2020, masyarakat Indonesia harus disiplin mencegah penularan Covid-19. Apakah prediksi Jokowi selaras dengan hasil studi sejumlah peneliti? Salah satu studi terbaru mengenai prediksi kapan pandemi corona berakhir dirilis oleh Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD). Tim peneliti SUTD membuat pemodelan prediksi yang memperkirakan kapan berakhirnya pandemi corona di dunia dan sejumlah negara lain, termasuk Indonesia. Studi yang dikerjakan tim SUTD tersebut berbasis pada analisis data kasus yang diperbarui hingga 25 April 2020. Riset data ini menggunakan model susceptible-infected-recovered (SIR).
Model SIR ini diregresikan (diurutkan ke belakang) dengan data dari berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus pandemi dan memprediksi kapan pandemi berakhir di masing-masing negara. Meski demikian, SUTD mengingatkan bahwa: "
Prediksi pada dasarnya tidak pasti.
Pembaca harus menilai prediksi apa pun secara hati-hati." Peringatan ini diberikan agar prediksi apa pun tidak memicu optimisme berlebihan yang berisiko membuat longgarnya kedisiplinan dalam mencegah penyebaran virus corona. Hasil pemodelan SUTD menunjukkan kurva angka kasus pandemi corona di dunia kemungkinan terus melandai pada Mei hingga Juni mendatang.
Sekitar 97 persen kasus diperkirakan berakhir pada 29 Mei 2020. Selanjutnya, kurva diperkirakan terus melandai hingga 8 Desember 2020, saat 100 persen kasus berakhir. Sedangkan di Indonesia, kurva data kasus diperkirakan mulai bergerak melandai pada bulan Mei. Hasil studi SUTD juga memperkirakan 97 persen kasus Covid-19 di Indonesia akan berakhir pada 6 Juni 2020.
Selanjutnya, pada 23 Juni 2020, sebanyak 99 persen kasus diprediksi berakhir. Dengan demikian, memasuki awal Agustus angka penambahan kasus baru diperkirakan telah berada pada level terendah. Sebagai perbandingan, sejumlah peneliti di Indonesia sebelumnya telah merilis hasil pemodelan yang memprediksi periode pandemi corona di Indonesia.
Misalnya, pada Maret lalu, tim peneliti dari Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB) pernah memprediksi puncak penambahan kasus positif baru di Indonesia berakhir pada pertengahan April 2020. Hasil pemodelan data P2MS ITB saat itu memprediksi angka kasus harian baru terbanyak bisa mencapai 600.
Namun, salah satu anggota tim peneliti P2MS ITB, Nuning Nuraini mengakui hasil studi lembaganya tersebut memiliki kelemahan karena sekadar memakai pendekatan model matematika. "Tentu perlu dicatat, ini adalah hasil pemodelan dengan satu model yang saya rasa cukup sederhana dan sama sekali tidak mengikutkan faktor-faktor yang kompleksitasnya tinggi,"
kata Nuning seperti dilansir laman ITB. Tidak heran, Nuning bersama sejumlah peneliti lain dan SimcovID team mengerjakan studi baru. Hasil studi yang dilansir pada 9 April lalu tersebut diklaim memakai pemodelan lebih realistis dan memperhatikan kompleksitas persoalan pandemi di Indonesia.
Tim yang mengerjakan kajian ini lebih banyak, terdiri atas belasan peneliti dari ITB, Unpad, UGM, Undana, UB serta akademikus asal Indonesia yang aktif di Essex & Khalifa University, University of Southern Denmark dan Oxford University. Salah satu hasil studi tersebut ialah perkiraan kasus tidak terdeteksi di sejumlah provinsi.
Dengan asumsi data yang diperbarui per 31 Maret 2020, kajian itu memperkirakan terdapat 32 ribu kasus positif Covid-19 yang tidak terdeteksi di DKI Jakarta. Sedangkan di Jawa Barat, diperkirakan ada 8.090 kasus tidak terdeteksi. Prediksi lainnya pernah disampaikan tim peneliti yang dipimpin oleh Guru Besar Statistika UGM, Profesor Dedi Rosadi. Hasil pemodelan matematika yang
dikerjakan Dedi menyimpulkan, pandemi corona di Indonesia diperkirakan berakhir pada penghujung Mei 2020, dengan estimasi jumlah total kasus minimal 6.174 pasien. Analisis yang disampaikan oleh Dedi menunjukkan wabah Covid-19 di Indonesia akan berakhir dalam 100 hari
setelah pengumuman kasus pertama. Sementara lonjakan tertinggi angka kasus Covid-19 di Indonesia diprediksi terjadi pada pekan kedua April 2020. Namun, saat mengumumkan hasil studi ini pada awal April lalu, Dedi mengingatkan penurunan angka kasus baru dapat terjadi jika ada langkah pencegahan maksimal. Misalnya, kegiatan mudik ditiadakan dan aktivitas ibadah pada Ramadhan 2020 tidak melibatkan banyak orang di tempat umum, seperti masjid.
No comments